![]() |
Ilustrasi Gambar 1.1: Dibuat oleh Jronaldo |
kala mentari pagi menyinari lembah hubula. tampak gelagak cuitan burung pagi pun menyapa. Seakan cuitannya makin lama makin keras. Pertanda ada kabar buruk yang tak kunjung disampaikan kaummu hubula kepadamu. karena pembungkaman a la institusi-institusi tuanmu yang mendiami Jakarta masif digencarkan melalui institusi-institusi yang mewakilinya di tanah Papua kepada kaummu.
Seakan demokrasi adalah demon krasi yang dipimpin para demon yang berkuasa di mama kota (Jakarta) nun jauh yang sedang membayang-bayangi kaummu di tanah Papua dengan kehadiran berbagai institusi di lembah mu nan damai.
Yang dikenal lembah hijau (Green Valley) kini tampak menjelma menjadi red valley (Lembah Merah) yang penuh dengan amok masa. Desember pun penuh dengan limbah-limbah pelaksanaan Pemilukada yang digaungkan oleh KPU sebagai pelaksana dengan slogan "pemilu yang demokratis, transparan, jujur, adil dan damai."
Masyarakat yang tak punya kontrak politik pun kusat terbawah arus perebutan kekuasaan. Dentuman lonceng natal tak sekeras slogan pemilukada. Sapaan Selamat Natal tak sehangat pesan-pesan pemilukada.
Ahli-ahli sibuk mendeskripsikan tebakan terbaiknya tentang kandidat mana yang akan menang. Para Gembala, Pendeta dan Pastor sibuk mendoakan para kandidat yang berlaga pada pesta Pemilukada.
Masyarakat biasa sibuk membangun konsolidasi masa guna mengawasi hasil rekapitulasi suara dari TPS sampai Kab/Kota. anak-istri terlantar. Ada apa dengan Pemilukada tahun ini.
Sehingga dalam pelaksanaan pemilukada di lembah mu nan agung tampaknya penuh dengan intrik-intrik; polusi dari proses berdemokrasinya kita dengan praktik money politik yang masif hingga korban jiwa kaummu yang hitam dan keriting.
Yang menjadi hantu bagi keberadaan kaummu. Hanya karena berbeda pilihan saja dijadikan pembenaran untuk dimusuh sebagai lawan yang patut ditumpas, disingkirkan, diabaikan bahkan dibunuh. Demi menempatkan kandidat yang sedang mereka dukung menuju tampuk singgasana kekuasaan.
Apakah itu, yang sering kita banggakan Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar di dunia. Yang kini telah beranjak 26 tahun kita berdemokrasi sejak reformasi 1998.
Yang perlu kau ketahui bahwa; cuitan burung di pagi hari yang tampak keras pertanda buruk dalam semiotika kaummu Hubula.
Yang menandakan bahwa kaummu benar-benar dipolitisasi menuju demoralisasi kaummu di bawah seruan rezim demokrasi tuanmu yang mendiami mama kota (Jakarta).
Dari kampanye politik sampai proses pemilukada di tanah Papua, tampaknya banyak korban jiwa yang berjatuhan. pertanda bahwa; slogan yang digaungkan KPU sebagai pelaksana dan Bawaslu sebagai pengawas pemilukada yang bertajuk pada pemilukada "Damai, Demokratis, Transparan, Jujur dan Adil" sebatas kata yang menggambarkan demoralisasi menuju kematian demokrasi. Sebagaimana digambarkan oleh ilmuwan politik Harvard University Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt dalam bukunya “How Democracies Die” yang terbit tahun 2018.
Pertanda reformasi 1998 tak mampu berbuah matang beranjak 26 tahun perjalanan demokrasi kita. Yang penuh, bara, darah dan duka. Karena banyak korban jiwa yang mesti kita abaikan karena sebatas "beda pilihan" bahkan perang antar suku pun sering digunakan para kandidat guna bercokol di singgasana beralasan karpet merah.
Pertanda singgasana didirikan di bawah dasar bara dan darah dari jiwa-jiwa yang tak bersalah. namun, yang penting dan terpenting! ada apa dengan proses pemilukada yang berhimpitan dengan bulan yang magis, sakral bagi umat Kristen di Indonesia?
Apakah untuk menandakan bahwa pemilukada yang tidak demokratis pertanda kegagalan dari natal yang tak mampu membawah damai dalam proses pemilukada? ataukah pertanda bahwa natal tak begitu penting dari demokrasi. Karena Kristen adalah agamanya kaum minoritas yang layak diabaikan di Indonesia. Sebab yang minoritas dalam proses demokrasi bermakna tunggal yakni; yang lemah, tak berkuasa dan berwenang.
Karena yang minoritas dalam proses pemilukada, suaranya tak begitu berpengaruh bagi kandidat yang sedang menempuh singgasana kekuasaan. Sebab yang mendiami singgasana kekuasaan adalah perwakilan dari suara rakyat yang mayoritas bukan minoritas. Semoga pemilukada yang berkorban dan berdarah jiwa kaummu tak bersalah di tanah Papua tak menghambat arus sukacita natal bagi kaummu yang merayakan natal.
Hubula, 12 Desember 2024.
Ditulis Oleh:
J.W.Ronaldo
Edisi ke: XII Surat Jack To Lilia.
Edisi ke: XII Surat Jack To Lilia.
Catatan:
- Amok: Kondisi psikologis yang ditandai dengan serangan agresi yang tiba-tiba dan hebat, luapan amarah, dan perilaku yang tidak terkendali. Kerusuhan yang melibatkan banyak orang, seperti perang saudara. kata ini berasal dari bahasa melayu.
- Semiotika: ilmu membaca tanda.