PEREMPUAN BUKAN BUDAK LAKI-LAKI: Mitos Dominasi Laki-Laki terhadap Perempuan Dalam Budaya Patriarki.

Perempuan Bukan Budak Laki-Laki. Tetapi Kawan sekerja ALLAH. Yang diciptakan setara, seturut dan segambar ALLAH yang disebut Manusia karena Mereka (Laki-Laki dan Perempuan) sama dihadapan ALLAH. baca, (Kejadian 1:26-28).

Dalam Buku Dr. Yoman, yang berjudul Perempuan Bukan Budak Laki-Laki (2022). Telah mengatakan dan menyatakan dengan Benar dari perspektif Teologis. Bagaimana perempuan dan laki-laki diciptakan setara, seturut, serupa dan segambar oleh ALLAH yang disebut Manusia. Laki-Laki dan Perempuan sama yang disebut Manusia. Perempuan dan Laki-Laki adalah manusia. Namun, dalam tafsiran-tafsiran Teologis perempuan sering direndahkan dengan dalil Perempuan penyebab manusia jatuh dalam dosa. Dengan dalil ini sering tafsiran teologis yang dangkal menyatakan perempuan adalah kaum yang lemah. Sehingga perempuan mudah digodai dan jatuh dalam dosa. Pandangan dan tafsiran yang dangkal ini yang sering dan telah dijadikan pijakan untuk merendahkan kaum perempuan.

Demikian juga dalam pandangan dan perspektif Suku Bangsa yang memiliki budaya patriaki. Telah merendahkan, meminggirkan, hak-hak perempuan. Hal itu terbukti dalam klaim laki-laki terhadap Perempuan. yang mengatakan bahwa: perempuan adalah kaum yang lemah, perempuan tidak pantas memimpin laki-laki. Klaim kaum laki-laki terhadap kaum perempuan telah membuat perempuan itu rendah, tidak setara dengan laki-laki. Dengan adanya klaim tersebut sikap penjajahan, diskriminasi, penindasan, oleh kaum laki-laki terhadap kaum perempuan telah terus berlangsung lama hingga kini.

Sehingga Dalam tulisan ini saya mau mengajak kita untuk merefleksikan, melihat, dan berpikir kembali. Apakah Benar Perempuan itu lemah secara fisiologis dan psikologis.?

Dalam Budaya patriaki perempuan direndahkan berdasarkan bentuk fisiologisnya. Laki-Laki dipandang sebagai manusia yang ideal, yang diminati dan dicari dalam budaya patriaki. Perempuan adalah kaum pelengkap, bukan penolong yang setara, dan sepadan. Padahal secara fisiologis. Laki-Laki tidak akan dilahirkan oleh laki-laki. Karena yang mengandung bukan laki-laki. Apa yang menjadi ideal dari bentuk fisiologis laki-laki.? Apakah alat kelamin sebagai alat klaim kekuatan kaum laki-laki atas kaum perempuan. Jika alat kelamin kaum laki-laki sebagai alat klaim yang digunakan laki-laki untuk mengklaim kekuasaannya atas kaum perempuan. Maka itu tidak benar, itu hal yang keliru, yang tidak masuk akal dan rasional. Karena secara fisiologis perempuan memiliki perbedaan alat kelamin dengan laki-laki. Dengan demikian memiliki fungsi secara biologis yang berbeda, namun dengan tujuan yang sama. Yaitu untuk meneruskan keturunan dan keberlangsungan hidup manusia (regenerasi).

Karena secara biologis sel sperma tidak dapat membuahi sel sperma. Sel sperma hanya dapat membuahi sel telur. Karena itu alat kelamin perempuan harus memproduksi sel telur untuk dibuahi oleh sel sperma yang dihasilkan oleh alat kelamin kaum laki-laki dengan tujuan regenerasi.

Apa yang unik dari kaum laki-laki, apakah kekuatannya secara fisiologis ataukan fungsi alat kelamin secara biologis. Apakah karena kaum laki-laki secara fisik lebih kuat mengangkat beban 10 KG ataupun lebih dari 10 KG. Dan apakah benar, perempuan secara fisik tidak kuat sehingga tidak dapat memikul, mengangkat beban sebesar 10 KG ataupun lebih dari 10 KG.

Jika benar perempuan tidak kuat secara fisik.? Kenapa Tamara Walcott perempuan asal Maryland, Amerika Serikat yang mampu mengangkat beban 737,5 KG. Tamara Walcott adalah salah satu yang mewakili kaum perempuan dan telah menunjukkan kepada kaum laki-laki bahwa kaum perempuan secara fisik kuat, dan sama seperti laki-laki. Dalil laki-laki bahwa secara fisik laki-laki lebih unggul. Karena kaum laki-laki lebih kuat dari kaum perempuan adalah ilusi belaka, dan merupakan klaim laki-laki untuk menunjukkan kekuasaan, dan mempertahankan kekuasaan kaum laki-laki terhadap kaum perempuan.

klaim laki-laki lebih kuat dari perempuan secara fisik dapat dikatakan tidak benar. Karena perempuan juga secara fisik dapat, mampu dan sanggup mengangkat beban.
Lalu apa yang membuat laki-laki tetapi mengklaim dirinya lebih kuat dari perempuan.
Jika secara fisik perempuan memiliki kemampuan mengangkat beban yang sama seperti laki-laki. Yang dapat diartikan bahwa laki-laki lebih kuat secara fisik adalah ilusi belaka yang diciptakan, disepakati dan diklaim oleh laki-laki atas perempuan.

Sedangkan secara biologis perempuan memiliki alat reproduksi yang menghasilkan sel telur dan laki-laki menghasilkan sel sperma. Apakah fungsi biologis ini dapat dikatakan sebagai kekuatan laki-laki atas perempuan. Jika benar, sel sperma yang dihasilkan laki-laki sebagai kekuatan laki-laki atas perempuan. Maka, itu tidak rasional, tidak masuk akal dan tidak benar. Karena sel sperma tidak dapat membuahi sel sperma. Karena itu perempuan harus memiliki alat reproduksi yang berbeda fungsi secara biologis untuk menghasilkan sel telur sehingga dapat dibuahi oleh sel sperma laki-laki untuk tujuan regenerasi (melahirkan/berketurunan).

Karena itu perempuan dan laki-laki adalah sama-sama manusia. Yang harus diperlakukan sama. Dalam mitos dan budaya patriaki. laki-laki ditampilkan lebih menonjol dari pada perempuan. Kita dapat mengambil satu Kebudayaan sebagai referensi yakni: Kebudayaan Yunani. Dalam kebudayaan Yunani yang patriaki. Gagasan yang mengatakan perempuan itu lemah sudah ada sejak Abad ke-4 Masehi bahkan sebelumnya.

Masyarakat Yunani kuno menganggap perempuan sebagai kaum lemah (inferior), perempuan tidak boleh dilibatkan dalam pemilihan pemimpin, perempuan tidak memilik hak ahli waris dari keluarga, malah dijadikan sebagai warisan bagi laki-laki dan pendidikan hanya ditujukan bagi laki-laki karena yang dianggap untuk memiliki kebijaksanaan hanya laki-laki sehingga perempuan selalu dituntut untuk di rumah. Kita juga dapat temukan karya-karya filsuf Yunani seperti Aristoteles dalam bukunya POLITICS yang mengatakan bahwa "perempuan bukanlah manusia yang sesempurna laki-laki". Karena dalam perspektif budaya patriaki, laki-laki adalah segalanya. Sehingga laki-laki diutamakan dalam budaya patriaki. Jika Filsuf Yunani Aristoteles mengatakan demikian. Maka itu tidak benar dan tidak rasional. Karena laki-laki tidak dapat disebut Manusia tanpa adanya kaum perempuan. Demikian juga perempuan.

Sehingga dengan adanya catatan kecil ini, dapat memberikan kita (laki-laki) untuk berpikir kembali (re thinking). Bahwa sebenarnya perempuan setara dan sama dengan laki-laki sehingga sama-sama disebut Manusia. Sehingga layak perempuan diperlakukan dengan adil dan setara (equal) dengan laki-laki.

Karena, kekuatan dan kekuasaan laki-laki terhadap perempuan dalam budaya patriaki telah diciptakan oleh kaum laki-laki menurut klaim laki-laki yang sepihak.

Untuk mempertahankan status sosial, dan kekuasaan atas perempuan. Mitos-mitos kekuatan Laki-Laki telah dibuat atas klaim laki-laki. Sehingga kaum perempuan yang melawan dan menuntut hak yang sama dalam budaya patriaki akan dilecehkan, akan direndahkan, dan akan dianggap tidak pantas, dan akhirnya akan ditolak oleh kelompok sosial masyarakat yang menganut budaya patriaki.

Klaim-klaim laki-laki yang demikian telah menumbuh kembangkan mentalitas perempuan yang rendah, tidak berdaya, dan tidak mampu tanpa laki-laki dan tidak lebih daripada Laki-laki melainkan lemah terhadap kaum laki-laki. Dan klaim akan kekuatan laki-laki yang melebihi perempuan secara fisiologis dan Biologis merupakan kekeliruan terbesar yang perlu dirubah.

Selamat Merefleksikan dan Berpikir Kembali. Salam Akal Sehat.


🗓️Tanah Papua,22 Maret 2023.