MEDIA, KEKUASAAN DAN LEGITIMASI PEMBENARAN: Ketika Media Menjadi Saluran Propaganda di Tanah Papua.




Ilustrasi Gambar: Jronaldo


Peran media sangat vital dalam menyuarakan berbagai persoalan di Tanah Papua. Tetapi juga sebagai wabah yang mempengaruhi dan menentukan perspektif kita atas berbagai persoalan kemanusiaan di Tanah Papua.

Karena media tidak hanya menjadi wadah penyalur, penyambung dan pembawa informasi tanpa memandang batas-batas geografis bahkan ideologi politik maupun keyakinan dan budaya, sebab semua dijangkau media dalam sekali pencet.

Sehingga tulisan ini hadir untuk menilik daya manipulatif media yang dilegitimasi oleh kekuasaan di Tanah Papua.

Walaupun tidak semua media nasional maupun lokal menjadi saluran propaganda tetapi ada juga media-media yang menjadi mesin propaganda.

Demi menebar wacana propaganda yang melegalkan kejahatan; penangkapan, penjarahan hingga pembunuhan dengan kedok heroisme, keberhasilan maupun kesetiaan terhadap pancasila dan negara Indonesia.

Padahal pancasila tidak melegalkan pembunuhan, pancasila tidak memusuhi perbedaan. Tetapi, pancasila menghormati nilai-nilai kemanusiaan, menghargai dan mengayomi perbedaan.

Karena itu, tulisan ini hadir untuk menilik peran media yang menopang kekuasaan dengan permainan wacana di Tanah Papua.


1. Media dan Kekuasaan.

Merupakan kembar siam yang tidak dapat dipisahkan. Karena apa yang diwacanakan media dapat menampilkan wajah kekuasaan bahkan lebih daripada itu, menutupi wajah keburukan kekuasaan demi menopang kekuasaan itu sendiri.

Sehingga dalam kekuasaan, negara selalu mendirikan institusi atau lembaga khusus yang mengontrol arus informasi yang diwacanakan di berbagai media.

Mana yang harus diberitakan, disebarluaskan dan mana yang harus dibatasi. Itu itulah peran lembaga yang mengontrol arus informasi dan media yang didirikan oleh kekuasaan.


2. Pemberitaan dan Legitimasi Kekuasaan.

Pemberitaan berbagai informasi selalu diterima masyarakat karena legitimasi kekuasaan. Rakyat lebih meyakini segala pemberitaan yang diberitakan atas penyampaian yang disampaikan oleh otoritas.

Informasi yang disampaikan oleh kepala negara, menteri maupun seseorang yang memiliki jabatan struktural lebih memiliki andil, pengaruh untuk diterima rakyat walaupun itu juga kebohongan.

Karena kekuasaan tidak hanya soal mengatur tetapi juga tentang menguasai dan memerintah dan yang layak mengatakan kebenaran.

Sehingga dalam pemberitaan dan penyebaran informasi, rakyat yang dikuasai, diatur dan diperintah selalu bertumbuh dalam wacana yang disampaikan oleh kekuasaan melalui pemberitaan media.

Sebab legitimasi pemberitaan selalu dibenarkan oleh otoritas ataupun jabatan struktural lainnya. Sebagaimana dalam kasus pembunuhan Ibu Guru Melani Wamea di Kabupaten Yahukimo Provinsi Papua Pegunungan, polisi menuding dilakukan oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat

Yang berujung pada pengkambing hitam TPNPB sebagai pelaku, padahal belakangan, polisi menyimpulkan TPNPB bukan pelakunya. sebagaimana dikutip dalam BBC News Indonesia dibawah ini:
“ini murni kriminal, berbeda dengan kasus-kasus yang dilakukan saudara-saudara kita yang sedang berjuang di hutan.” AKBP Zet Saalino (Kepala Polres Yahukimo).
Dalam memerintah, mengatur dan menguasai, media memainkan peran penting dalam memberitakan wacana yang dimainkan oleh kekuasaan.

3. Kemanusiaan di Tanah Papua.

Isu kemanusiaan di Tanah Papua selalu dipengaruhi oleh pemberitaan berbagai media nasional maupun lokal.

Media dapat menjadi alat penyalur dan penyambung aspirasi rakyat tertindas tetapi, kadang media yang melawan arus wacana kekuasaan selalu dikukung dan bertumbuh dalam ancaman kekuasaan.

Sebab sikap independensi media serta keberanian media yang menampilkan berbagai kebobrokan negara, akan selalu diancam oleh negara.

Yang berujung pada aksi-aksi teror maupun kriminalisasi media yang menampilkan kebobrokan negara.

Sebagaimana aksi teror terhadap media JUBI Papua pada 15 Oktober 2024 yang terlihat jelas dalam rekaman CCTV namun hingga kini pelaku belum juga diungkapkan.

Apakah ini sebagai bentuk pengabaian negara atas pemberitaan berbagai peristiwa di Tanah Papua yang selalu diberitakan oleh JUBI secara objektif, Independen dan jujur.

Jika memang benar, berarti kekuasaan selalu takut pada kebenaran yang diberikan daripada kekuatan bersenjata yang menjadi tandingan kekuasaan.

4. Kesimpulan

Media dan kekuasaan adalah kembar siam yang saling menopang. Media menerima legitimasi, perlindungan dan perizinan dari kekuasaan.

Tetapi media juga menopang, menjaga keberlangsungan kekuasaan melalui peran wacana. Karena itu, dalam konteks kemanusiaan di Tanah Papua.

Kita memerlukan peran penting media dalam mewacanakan berbagai persoalan kemanusian secara objektif, jujur dan adil.

Tetapi, juga kekritisan pembaca dalam mencerna berbagai wacana permasalahan kemanusiaan di Tanah Papua yang diberitakan oleh media.

Karena yang membuat kita binasa bukanlah kejahatan orang jahat, melainkan kebisuan orang baik yang bertumbuh dalam sikap apatis, permusuhan, kebencian dan kedengkian melalui narasi-narasi propaganda yang diterimanya.


Rabu, 22 Oktober 2025.



Ditulis oleh:


J.W.Ronaldo
Penulis merupakan lulusan Antropologi FISIP UNCEN, yang aktif menulis dan menyuarakan isu-isu kemanusiaan, masyarakat adat di Tanah Papua, untuk melihat tulisan-tulisan penulis yang lain dapat mengunjungi blogger penulis;http://sabacarita.blogspot.com/


Daftar Pustaka:

Utama, A., & Lokon, P. (2025, 21 Oktober). Warga menjaga guru seperti darah daging mereka' – Siapa sebenarnya yang membunuh guru Melani Wamea di Yahukimo? BBC News Indonesia. Diakses dari https://www.bbc.com/indonesia/articles/cvgw8pp3zgyo