|  | 
| Ilustrasi Gambar: Jronaldo 
 | 
Orang Papua sering dikonotasikan sebagai kelompok komunitas yang tertinggal, terbelakang yang perlu diberdayakan oleh pemerintah Indonesia.
Pandangan ini diperkuat melalui kisah-kisah heroik yang menggambarkan kesuksesan, pencapaian pemerintah Indonesia dalam memberadabkan penduduk orang asli Papua sering dibesar-besarkan.
Sebagaimana kisah heroik operasi koteka 1971-1972 yang digencarkan oleh rezim orde baru yang militeristik, untuk melakukan pemberantasan koteka di wilayah Pegunungan Jayawijaya bagi komunitas masyarakat adat Hubula, yang mengenakan koteka sebagai alat penutup kelamin laki-laki.
Kisah-kisah heroik ini, telah mendistorsikan keuletan, kemahiran dan kemampuan penduduk orang asli Papua yang dikenal sejak ribuan bahkan puluhan tahun, sebagai petani yang ulet, pelayaran yang andal dengan kemampuan navigasi serta adaptasi yang kompeten terhadap topografi dan kondisi tanah Papua menantang.
Sehingga tulisan ini, hadir untuk menilik keuletan, kemahiran nenek moyang orang Papua sebagai inovator, pelopor dan adaptor yang dilupakan..
Kemahiran di bidang pertanian serta tata irigasi yang canggih menggunakan peralatan tangan yang sederhana (hortikultura), seperti terlihat pada pola pertanian orang Hubula di lembah Balim yang kini dikenal dengan Wamena.
Adalah wujud nyata keuletan nenek moyang orang Papua dalam mengembangkan sistem pertanian yang berkelanjutan di Tanah Papua. Pengelolaan sistem pertanian menetap dengan pola pengelolaan ladang yang intens dan teratur telah membantu berbagai komunitas masyarakat adat di Papua dalam mengembangkan keanekaragaman pangan.
Kehebatan diversifikasi pangan ala, orang Hubula, orang Mee yang mendiami dataran tinggi di lembah Kamu sekarang dikenal dengan Dogiyai, yang bermukim sekitar danau Tigi, Tage dan Paniai.
Merupakan bukti nyata kehebatan sistem pertanian berbagai komunitas yang mendiami Tanah Papua, sebagaimana orang Hubula yang telah mengembangkan 57 varietas umbi-umbian dan 16 varietas pisang dengan teknologi sederhana (hortikultura) yang diakui sebagai sistem pertanian yang paling maju.
Menurut Aditjondro "sistem pertanian pangan orang Balim dan suku-suku pegunungan tengah lainnya memasuki tahap pertanian paling maju dari sistem pertanian tugal/hortikultura,"
Kemahiran dan keuletan nenek moyang orang Papua tidak hanya di daratan tetapi juga di lautan, sebab nenek moyang orang Papua dikenal juga sebagai pelaut yang andal, yang telah bermigrasi dari Afrika melewati berbagai rintangan dan tantangan; geografis untuk sampai di Papua.
Kal Muller dalam bukunya yang berjudul Mengenal Papua, menjelaskan "nenek moyang orang Papua bermigrasi dari Afrika ke New Guinea yang kini dikenal dengan Papua, sejak 50.000 tahun lalu, keturunan nenek moyang orang Papua yang tidak mencapai New Guinea (Papua) dapat dijumpai di India bagian Selatan, Kepulauan Andaman, Malaysia dan Filipina, dengan kata lain keturunan Orang Papua yang pertama kali mendiami Asia Tenggara.
Keberhasilan nenek moyang orang Papua melintasi samudra sebagai "prestasi luar biasa yang tidak bisa disamai oleh para petualang lainnya, bahkan beribu-ribu tahun sesudahnya,” (Muller:2008). Perjalanan ini, membutuhkan kemampuan navigasi, membaca arus serta kemampuan teknis lainnya dalam menyeberangi berbagai samudra.
Keuletan dan kemampuan berlayar nenek moyang orang Papua layak diakui sebab, "tidak ada penjelajah lain yang berani mengadakan perjalanan laut seperti yang dilakukan nenek moyang orang asli Papua, karena perjalan yang dilakukan oleh nenek moyang orang Papua hanya bisa dilakukan lagi sesudah 10.000 tahun yang lalu pasca laut Mediterania menjadi relatif mudah dan aman ditaklukan,” (Muller, 2008, hlm.38).
- Membongkar Mitos dan Stigma.
Orang Papua benar-benar dibuat tidak berdaya, imperior, biadab yang perlu diadabkan oleh pemerintah Indonesia. Dengan menebar mitos dan stigma negatif guna membangun perspektif buruk orang luar terhadap orang Papua.
Bahkan sebagai siasat untuk menumbuhkan inferioritas penduduk orang asli Papua, agar penduduk orang asli Papua mudah untuk dikontrol, dikendali seraya melakukan eksploitasi terhadap sumber daya alamnya.
Image dan stigma negatif terhadap penduduk orang asli Papua sengaja diwacanakan, disebarkan melalui berbagai media massa agar menjadi mainframe umum bagi orang luar (outsider) terhadap orang Papua.
Penduduk orang asli papua benar-benar digambarkan sebagai kelompok para biadab yang terbelakang, tertinggal. Pola-pola ini telah berperan penting dalam menumbuhkan kembangkan mentalitas inferior generasi penduduk orang asli papua, agar generasi penerus penduduk orang asli papua bertumbuh dalam bayang-bayang inferioritas ras, rasa rendah diri seraya mengakui keunggulan (superioritas), kelebihan dan belajar dari ras melayu sebagai ras unggul.
Generasi penerus penduduk orang asli Papua bahkan Indonesia pada umumnya, telah hidup dan bertumbuh dalam mitos dan stigma negatif yang di rekacipta pemerintah Indonesia melalui narasi sepihak, yang merendahkan harkat dan martabat penduduk orang asli Papua sebagai kelompok primitif, biadab dan barbar yang perlu diberdayakan.
Seraya mengabaikan fakta historis tentang kehebatan, keuletan dan kemahiran nenek moyang orang Papua, yang dikenal sebagai Pelopor, Inovator, Adaptor yang ulet yang mampu bermigrasi dari Afrika ke Papua hingga ke Australia yang tersebar di dataran tinggi, lembah serta berbagai pulau di Tanah Papua, Australia, Fiji hingga Vanuatu dan sekitarnya.
Penduduk orang asli Papua sering dikonotasikan sebagai kelompok komunitas yang terbelakang, tertinggal, miskin dan bodoh. Mental inferioritas penduduk orang asli Papua sengaja diwacanakan dan dipublikasikan secara massal di berbagai media massa, agar orang Papua benar-benar dipandang dan dinilai biadab dan diperlukan pemerintah Indonesia untuk melakukan pemberdayaan serta pemberadaban.
Narasi yang diperkuat melalui kisah-kisah keberhasilan operasi koteka tahun 1971-1972 yang berhasil digencarkan rezim orde baru di Tanah Papua telah mendistorsikan; keuletan, kemahiran nenek moyang orang Papua sebagai inovator, pelopor dan adaptor ulung yang berhasil bermigrasi dari Afrika menyeberangi lautan Mediterania sejak 50.000 tahun yang lalu.
Jejak historis keberhasilan nenek moyang orang Papua bermigrasi melewati berbagai rintangan dan tantangan hingga mendiami Tanah Papua adalah bukti nyata bahwa nenek moyang orang Papua adalah salah satu pelaku peradaban tertua dan paling tangguh di muka bumi.
Sayangnya, kisah-kisah heroik nenek moyang orang Papua ini, sengaja dikubur demi membangun kesadaran inferioritas penduduk orang asli Papua di Tanah Papua.
Hubulama, 21 Agustus 2025
Ditulis oleh:J.W.RonaldoPenulis merupakan lulusan Antropologi FISIP UNCEN, yang kini aktif menulis tentang isu-isu sosial politik di Tanah Papua. Untuk melihat tulisan-tulisan penulis yang lain dapat mengunjungi; 
http://sabacarita.blogspot.com/
Daftar Pustaka:
1. Kal Muller, (2008). Mengenal Papua. Daisy World Books
2. Aditjondro. George Junus. (2000). Cahaya Bintang Kejora: Papua Barat Dalam Kajian Sejarah, Budaya, Ekonomi dan Hak Asasi Manusia. Elsham. Jakarta